Rumput Laut Semau Siap Diekspor ke Denmark dan USA
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat melihat proses pengeringan rumput laut di pabrik CV Agar Kembang Pulau Semau
Carlens
02 Oct 2021 07:35 WITA

Rumput Laut Semau Siap Diekspor ke Denmark dan USA

* Dari Pabrik Tanpa Bahan Pengawet Pertama di Dunia

KUPANG, NTTZOOM-Terobosan baru terkait pengolahan rumput laut, mulai dikembangkan di Desa Akle, Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. 

Sebuah pabrik yang dibangun CV Agar Kembang, mengolah rumput laut tanpa menggunakan bahan kimia dan disebut sebagai pabrik pertama di dunia. Hasilnya siap diekspor ke Denmark dan USA. 

Hal terungkap saat kunjungan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) ke pabrik yang terletak di Dusun Amdoke, Desa Akle, Kecamatan Semau Selatan itu, Jumat (1/10). Kunjungan tersebut merupakan rangkaian Kunjungan Kerja Gubernur VBL di Semau, setelah menyerahkan sertifikat tanah kepada masyarakat di Desa Naikean, Kecamatan Semau Selatan.  

Gubernur mengapresiasi langkah cerdas itu dan mendukung pengolahan rumput laut di pabrik tersebut agar ke depan dapat memproduksi produk jadi dari rumput laut, sehingga NTT tidak hanya mengirim bahan mentah ke luar daerah.  

"Ini merupakan sebuah langkah maju dan sebagai gubernur kami akan memberikan bantuan agar pabrik ini dapat berjalan dengan baik, serta kita mendorong para petani rumput laut agar dapat menyuplai kebutuhan bahan baku di pabrik ini dan dapat dilanjutkan ke industri-industri lain. Sehingga, diharapkan ke depan kita tidak hanya mengirim rumput laut dalam bentuk bahan mentah tetapi rumput laut yang sudah menjadi produk seperti kosmetik dan bahan pangan dapat kita produksi sendiri," ujar Viktor yang diterima pemilik perusahaan yang juga tokoh rumput laut di Indonesia, Made Simbik, Manager Operasional Francisco Agung Permana dan Field Manager Elias Koa 

Viktor meminta CV Agar Kembang, agar segala hal yang berkaitan dengan perizinan, segera disampaikan ke provinsi untuk diproses secepatnya.  

"Dan, perizinan yang berhubungan dengan pemerintah pusat, juga segera diajukan untuk kita kawal prosesnya hingga izin tersebut ditetapkan," tegas Viktor yang datang dengan menyetir sendiri mobilnya itu. 

Pendiri CV. Agar Kembang, Made menyampaikan komitmennya bukan saja  berinvestasi di Semau untuk mendapatkan keuntungan, tetapi turut serta menyejahterakan masyarakat di Semau. 

"Sejak tahun 2001 saya masuk Semau. Perusahan kami baru berjalan selama empat bulan di Pulau Semau dan mempunyai karyawan sebanyak 40 orang yang berasal dari sekitaran pabrik rumput laut tersebut serta bahan dasar rumput laut didapat dari petani rumput laut yang ada di Pulau Semau," terang dia. 

Dia jelaskam, metoda pengeringan yang dilakukan di pabrik itu ramah lingkungan karena tanpa bahan pengawet. 

"Model pengeringan yang kami lakukan tanpa menggunakan bahan kimia dan hanya satu di dunia. Hasilnya dalam bentuk produk Green Lable, selanjutnya kami membutuhkan izin konsesi dari kementerian untuk peningkatan produksi," kata Made. 

Field Manager Elias Koa kepada nttzoom.com menjelaskan, semua bahan yang dipakai dalam proses pengeringan, yakni garam laut, air laut dan rumput laut segar/ mentah. Setelah melalui penelitian yang dilakukan bertahun-tahun oleh pihak perusahaan, pilihan pengolahan rumput laut yang dibeli mentah dari petani akhirnya dibangun di Pulau Semau. 

"Bukan tanpa alasan kita bangun di Pulau Semau. Hanya di Pulau Semau yang  ketersediaan bahan baku selalu stabil sepanjang tahun," jelas Elias. 

Menurut dia, pulau yang jaraknya hanya sejauh mata memandang dari tepian Kota Karang itu sangat potensial akan pengembangan budi daya rumput lautnya. 

Lewat penelitian pula, pihaknya menemukan bahwa petani rumput laut yg ada di sana sangat gigih dalam budidaya rumput laut sepanjang musim.  

Kendala utamanya adalah pemasaran. 

"Sehingga diam-diam kami lakukan uji coba proses di Pulau Semau dan itu sangat berpotensi. Ke depan bisa membantu para petani rumput laut di pulau tersebut lebih diuntungkan dari sisi ekonominya," sambung Elias. 

Dimana petani petani rumput laut itu tidak perlu lagi menjemur hasil panennya. Bisa langsung ditimbang mentah/segar oleh perusahaan untuk dikeringkan dengan metode tanpa obat kimia. Petani lebih cepat mendapat uang dan tidak membuang waktu lama untuk menjemur. Apalagi di musim hujan. 

Ke depan petani lebih fokus menanam, panen dan langsung timbang dengan kondisi yang segar atau mentah. 

"Saat ini sudah ada kurang lebih 30 kelompok yang kami bina. Dan dari pengalaman mereka selama tiga bulan ini bahwa menimbang mentah jauh lebih menguntungkan daripada harus mengeringkan. 

Masih butuh waktu 3-5 hari di musim panas dan bahkan bisa lebih dari satu minggu di musim hujan. Sekali jalan pihaknya sudah menjadi pasar bagi petani rumput laut dan petani garam. Target terendah 10 ton basah setiap hari itu membutuhkan sebanyak 65 ton garam setiap bulan. 

"Jadi, sekali jalan petani rumput laut cepat dapat uang dan petani garam juga bisa langsung jual garamnya di perusahaan," tambahnya. 

Masih menurut Elias, selama tiga bulan terakhir, pihaknya juga memfasilitasi petani saat panen dengan perahu jenis bodi panga boat milik perusahaan berkapasitas 2,6 ton. Dan, sekali panen petani sudah mendapat Rp 6 jutaan. Keuntungan yang selama ini tidak didapat dengan proses mengeringkan. Sehingga petani merasa lebih untung panen langsung ditimbang. 

"Apabila ke depan stok bahan baku meningkat di atas 10 ton basah setiap hari, perusahaan akan langsung ekspor dari Pelabuhan Tenau Kupang ke Denmark dan USA," tandas Elias. 

Kehadiran pemprov lewat kunjungan kerja gubernur secara mendadak itu menurut Elias adalah bentuk perhatian yang luar biasa, agar pihaknya lebih giat membantu petani.  

Atas kerja keras perusahaan itu, gubernur berjanji untuk lebih banyak bantu petani melalui perusahaan itu, ke kelompok petani lewat Dinas Kelautan dan Perikanan. 

"Perlu diketahui bahwa proses pengeringan rumput laut di pabrik ini sampai dengan kadar airnya sangat rendah, yakni 17 persen kadar air," tambahnya. 

Elias lanjutkan, tekad gubernur, semoga dengan pabrik pengering rumput laut itu, ke depan bisa mengubah mindset orang bahwa Pulau Semau bukan Pulau Suanggi lagi tapi pulau berkat atau surganya siapapun yang datang di Semau. 

Sebelum pulang dari pabrik itu, VBL berujar, kita mesti bersyukur kepada Pak Ibrahim A.Medah. Karena beliau kita semua bisa lihat rumput laut melimpah seperti sekarang. Gubernur juga berterima kasih kepada Made Simbik yang sudah rela tinggal di Semau selama empat bulan hanya untuk membangun pabrik untuk masa depan orang semau.  

"Sehingga saya perintahkan semua petani rumput laut mesti lebih giat lagi tanam dan langsung timbang mentah supaya cepat dapat uang. Agar tidak terlilit utang maupun sistem ijon yang berlaku di petani rumput laut selama ini," kata Elias menirukan VBL.

Sementara pimpinan perusahaan Arie Angga Aditia, SE menambahkan pihaknya berkomitmen mendukung penuh program gubernur dalam memajukan perikanan kelautan di NTT. Terutama pengembangan budi daya rumput laut.

"Kami siap bekerja sama mengembangkan rumput laut di seluruh pelosok NTT. Saat ini yang dapat kami olah di pabrik, baru di wilayah Kabupaten Kupang tepatnya Pulau Semau dengan daerah penyanggahnya Sulamu, Kupang Barat dan Pantai Rote di Rote Timur," jelas Arie.

Dia kembali tegaskan, pihaknya Kmengolah tanpa bahan kimia dengan kualitas terbaik di dunia guna meningkatkan kulitas produk rumput laut. Targetnya ke depan bukan hanya di Kabupaten Kupang di Semau, tetapi bisa juga dibangun tempat pengolahan yang sama di daerah potensi rumput laut lainnya.

"Intinya kami siap mendukung program gubernur di bidang rumput laut untuk menyejahtrakan selurh petani rumput laut di NTT," tutup dia.(*/cd3/nz)

Dapatkan sekarang

NTT Zoom, Ringan dan cepat
0 Disukai